الثلاثاء، 1 يناير 2013

Sekuat Hatimu

            Sejak kecil, aku terbiasa hidup tanpa berlimpahnya makanan di lemari kulkas, berlimpahnya uang di bank, atau bahkan berlimpahnya baju-baju bagus di lemari bajuku. Yang aku punya hanya tutup botol yang aku buat menjadi gepeng dan aku gabungkan hingga menjadi sebuah alat musik untuk aku dan ibuku hidup. Dan sekarang umurku sudah beranjak 16 tahun, berarti 16 tahun sudah aku hidup seperti ini. Pertamanya aku anggap biasa saja, karna dulu bagiku itu sama saja seperti permainan yang menyenangkan karna aku hanya bernyanyi disetiap mobil-mobil yang aku temui di lampu merah. Dan akhirnya aku mendapat uang meski hanya seribu rupiah, dan setiap hasil bernyanyiku aku berikan pada ibuku dirumah untuk membeli makanan. Yaaa.. bisa dihitung uang yang aku dapat bisa dihitung juga makanan yang ibuku beli :D 

           Pada saat aku berumur 5 tahun ibuku menyekolahkanku di sekolah dasar yang tidak jauh dari rumahku. Entah dari mana ibuku mendapatkan uang untuk biaya sekolahku, beliau mampu menyekolahkanku hingga aku lulus SMP. Aku lulus dengan nilai terbaik, dan aku mendapat beasiswa di sekolah yang luar biasa bagusnya dan terkenal dengan Sekolah Berstandar International. Namun pada saat aku duduk di bangku SMA aku mulai tidak terbiasa dengan keadaanku yang seperti ini, di setiap aku melihat teman-temanku disekolah dengan mobil-mobil mewahnya aku hanya dengan sepatu yang itu juga sudah tidak layak pakai, dengan tas-tas bermerek mereka dan barang-barang yang lainnya. Disekolah aku hanya menjadi ledekan banyak orang dengan keadaan ekonomiku, disaat itu juga aku sangat membenci ibuku. Kenapa aku dilahirkan dari seorang ibu yang miskin kenapa tidak dengan ibu-ibu lainnya yang punya rumah mewah, punya miliyaran uang. 

        Disekolah tidak ada 1 orangpun yang berteman denganku, mereka hanya datang padaku disaat tugas-tugas mereka belum selesai. Namun, ada 1 orang yang mau berteman denganku tapi dengan 1 syarat aku harus ikut apa yang dia dan teman-temannya lakukan. Tentu aku mau karna cuma itu satu-satunya cara aku mempunyai teman. Pada saat jam-jam sekolah aku dipaksa membawa tas mereka dan lompat ke luar sekolah lewat dinding belakang sekolah. Kami pergi ke suatu tempat yang pada saat aku masuk hanya ada botol-botol minuman, obat-obatan yang gak jelas bentuk dan rupanya, dan perempuan-perempuan yang tidak bagus buat dilihat. Disitulah aku mulai terbiasa hidup dan bergaul dengan hal-hal yang aku sebutkan tadi. Aku mulai lupa dengan sekolahku bahkan aku mulai mencuri atau terkadang memaksa ibuku meminta uangnya untuk pergaulanku itu. Aku bisa dibilang seseorang yang RUSAK. 

         Ibuku tau semua tentang itu, beliau sangat marah padaku, beliau memaki ku layaknya seekor binatang. 1 kalimat yang aku ingat dari perkataan ibuku itu " ibu kecewa nak " sejak itu entah apa yang bisa aku lakukan untuk ibuku bahagia, untuk melihat ibuku tersenyum seperti saat aku berumur 5 tahun, untuk berlari ke pelukan ibu saat aku mendapat juara disekolahku. Aku dikeluarkan dari sekolah karna beasiswaku dicabut dan aku tidak bisa membayar uang SPP di sekolah tersebut karna sangat mahal. Bahkan aku tidak sanggup kasih tau ibu karna melihat mata ibupun aku tidak sanggup. 

       Malam hari saat aku tertidur aku mendengar ibuku mengusap kepalaku dan menangis " ibu melahirkanmu dan berjuang untukmu hanya untuk masa depanmu nak, agar kamu sukses dan kamu bisa merasakan gimana rasanya punya banyak makanan dilemari kulkas, punya banyak uang di bank, sama seperti pada saat kamu bilang sama mamah dulu ". Disaat itu aku menangis dan tidak bisa mengampuni diriku sendiri. Aku bangun dan aku memeluk ibuku, dan yang membuatku senang ibu tetap mau memelukku mau memaafkanku yang mungkin bagiku sebuah rasa kecewa adalah rasa yang sulit buat memaafkan seseorang. Disitu aku sadar bahwa kasih ibu dan pelukan ibu yang mampu lindungi lemah hatiku yang tak sekuat hatimu.

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق